Berbagai kajian menunjukkan bahwa pencegahan adalah lebih
baik daripada mengobati stroke. Pencegahan sebelum terkena stroke pada orang
yang sehat / tanpa riwayat stroke disebut dengan pencegahan primer. Pencegahan
serangan ulang pada orang yang sudah pernah terkena stroke disebut dengan
pencegahan sekunder. Pencegahan terhadap hipertensi, diet yang buruk, dan
merokok adalah lebih baik dan lebih murah daripada semua terapi yang canggih
untuk stroke (terapi trombolitik atau vitamin saraf yang paling canggih
sekalipun).
* S = Seimbangkan Gizi
Pertahankan gizi yang seimbang. Konsumsi lemak berlebih
akan meningkatkan resiko hiperkolesterolemia. Perbanyaklah konsumsi sayur dan
buah. Sayur dan buah terbukti mengandung banyak anti oksidan dan vitamin.
Beberapa penelitian terdahulu membuktikan manfaat konsumsi anti oksidan dan
serat memperbaiki profil lemak darah, menurunkan tekanan darah, dan mencegah
komplikasi kardiovaskuler.
Konsumsi makanan cepat saji berlebih tidaklah dianjurkan.
Kandungan natrium (garam) pada makanan cepat saji adalah relatif tinggi.
Perubahan pola makan di berbagai negara berkembang ditengarai sebagai salah
satu penyebab meningkatnya penyakit kardiocerebrovaskuler di berbagai negara
berkembang (termasuk Indonesia).
* E = Enyahkan Rokok
Merokok secara konsisten dihubungkan dengan peningkatan
penyakit jantung, hipertensi, stroke dan kepikunan. Hal ini tidak hanya
menyerang orang yang merokok, namun juga perokok pasif. Merokok akan menurunkan
aliran darah ke otak. Hal ini lebih teramati pada individu yang memiliki
hipertensi.
* H = Hindari Stres
Stres meningkatkan tekanan darah, menurunkan daya tahan
tubuh, menghambat regenerasi jaringan, dan menurunkan sensitivitas insulin
(berujung pada diabetes melitus). Beberapa penelitian mengonfirmasi peningkatan
resiko hipertensi dan stroke pada populasi dengan masalah psikososial yang
berat.
* A = Awasi Tekanan Darah
Berbagai penelitian secara konsisten memperlihatkan bahwa
hipertensi merupakan faktor resiko stroke yang signifikan. Semua bentuk hipertensi
dihubungkan dengan peningkatan resiko stroke. Pada penderita stroke, hipertensi
ditemukan pada 74.8% kasus. Hipertensi seringkali pula dijumpai bersama dengan
faktor resiko stroke yang lain (misalnya : diabetes dan hiperkolesterolemia).
Kehadiran berbagai faktor resiko ini akan meningkatkan resiko stroke secara
signifikan.
Hipertensi sering kali tidak bergejala. Pasien datang
berobat ketika kerusakan sudah sedemikian parahnya. Hal inilah yang menyebabkan
hipertensi dikenal sebagai the silent killer. Ukurlah tekanan darah secara
berkala. Bila tekanan darah di atas 140/90 mmHg maka dinyatakan menderita
hipertensi. Hipertensi dapat dicegah dan diberi tata laksana yang tepat bila
dikenali secara dini.
* T = Teratur Berolahraga
Aktivitas fisik terbukti memperbaiki aliran darah,
menurunkan kadar kolesterol darah jahat, menurunkan berat badan, dan menurunkan
tekanan darah. Aktivitas fisik yang bersifat aerobik terbukti menurunkan resiko
stroke. Olahraga terbukti pula menurunkan tekanan darah 4 – 9 mmHg.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar